http://akangganteng.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/ - Berpikir merupakan “pekerjaan” sehari-hari, mulai bangun tidur di pagi hari, sampai terlelap kemali di malam hari. Kualitas dan kuantitas berpikir setiap orang sangat beragam, tergantung usia, profesi, dan tingkat kecerdasan. Tingkat kecerdasan seseorang dapat ditentukan secara metodik oleh intelligentia quotient (IQ). Nilai IQ berkisar antara 0-25 (idiot) sampai di atas 140 (genius), dapat diukur mulai umur 3 tahun. IQ atau daya tangkap seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan nutrisi.
Kemampuan berpikir, tingkat kecerdasan atau daya ingat sangat tergantung pada kondisi jaringan otak. Dr.Douglas J.Herrmann, dalam bukunya Super Memory menyatakan, makin baik seseorang memperlakukan jaringan otak, makin baik pula jaringan otak memperlakukan seseorang. Kesehatan yang buruk, lelah, kekurangan gizi, dan penggunaan unsure kimia secara sembarangan, dapat mengakibatkan kinerja daya ingat menjadi buruk. Hal yang paling jelas, namun sering terabaikan, cara untuk meningkatkan efisiensi sistem daya ingat ialah dengan memperbaiki keadaan fisik.
Otak merupakan organ yang sangat vital, merupakan system saraf sadar pada manusia, meliputi otak besar (cerebrum) dengan wilayah otak (lobus): lobus dahi (pusat kecerdasan, asosiasi dan pusat gerak anggota tubuh); lobus ubun-ubun (pusat perasa); lobus kepala bagian belakang (pusat penglihatan); lobus pelipis (pusat pendengaran) serta otak kecil (cerebellum) merupakan pusat koordinasi, pengatur kontraksi otot lurik, dan pusat keseimbangan.
Fungsi otak bisa mengalami kemunduran, gejalanya seperti mudah lupa atau “telat – mikir” (telmi). Penyebabnya bisa karena usia bertambah tua, kecelakaan, penyakit tertentu seperti Alzheimer, serta penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Fungsi oak sangat tergantung pada aliran sirkulasi darah. Terganggunya suplai darah ke otak, meskipun dalam beberapa detik, menyebabkan otak di daerah yang tak teraliri darah akan rusak, bahkan bisa menyebabkan stroke dan kematian. Ternyata hambatan aliran darah ke otak tidak hanya menyebabkan “telat mikir”, tetapi bisa berdampak lebih serius.
Belakangan ini iklan nutrisi untuk memperbaiki kinerja otak, supaya terhindar dari “telat mikir”, mudah lupa atau pikun makin marak, baik di media cetak atau elektronik. Kalau ditelaah, bahan utama nutrisi “anti tel-mi” tersebut hamper sama, yaitu ekstrak tumbuhan Ginkgo biloba.
Ginkgo merupakan tumbuhn yang hidup di kawasan sub tropis seperti Eropa, Cina, Amerika Tengah dan Amerika Utara. Di Cina sudah dimanfaatkan sejak 2.800 tahun yang lalu. Sedangkan di Indonesia pernah ditanam di Kebun Raya Bedegul, Bali, daun-daun Ginkgo terdiri dari dua lobus, maka namanya ekstrak daun biji dan buah tumbuhan tersebut meliputi senyawa ginkolic acid, hydrogenynkolic acid, binkol, bilibo dan glikosida flavon. Khasiatnya antara lain menurunkan kadar lemak darah dan meningkatkan sirkulasi darah. Menurut Khomsan (2001), Ginkgo mempunyai kemampuan menerobos pembuluh darah yang paling sempit dan paling kecil, untuk member makan jaringan yang kekurangan oksigen di otak, jantung dan bagian tubuh lainnya. Selain itu Ginkgo mempunyai aktivitas antioksidan, seperti vitamin A, C dan E dapat menghambat daya kerja radikal bebas yang merusak sel tubuh.
Dengan mengkonsumsi Ginkgo pada dosis tertentu, sirkulasi darah yang membawa oksigen ke otak menjadi lancer. Hal ini menyebabkan transmisi sinyal syaraf juga menjadi lancer, kinerja otak bias optimal, daya ingat menguat dan “tel-mi” bias dihindari. Pesoalannya berapa dosis yang optimal supaya pemakaiannya benar-benar efektif. Menurut berbagai hasil penelitian, dosis 120 mg per hari akan memberikan khasiat untuk meringankan masalah penuaan, seperti memperbaiki ingatan jangka pendek.
Efektivitas Ginkgo baru terlihat setelah 4-6 minggu pemakaian, dan harus dikonsumsi secara terus-menerus, bila tidak maka akan terjadi penghambatan kembali aliran darah ke otak (Khomsan, 2001). Namun ternyata dosis 120 mg per hari, pada sebagian orang menimbulkan efek samping mual dan pusing, dengan demikian pemakaiannya harus dimulai dari dosis yang rendah. Kandungan Ginkgo pada produk-produk (merk) yang diperdagangkan bervariasi, ada yang 42 mg setiap tablet, ada juga yang 750 mg setiap tablet. Sementara standar yang ditetapkan Depkes 40 sampai 120 mg (Kontan, November 2000).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan daya kerja Ginkgo, ternyata lebih efektif pada ornag lanjut usia, dibandingkan orang yang lebih muda, apalagi pada ABG. Hal tersebut dapat dipahami, karena mekanisme kerja Ginkgo berhubungan dengan perbaikan sirkulasi darah. Pada orang-orang berusia muda pembuluh darah relatif lebih elastik dan kdar lemak darahnya lebih rendah. Sebaliknya, pada orang lanjut usia pada pembuluh darah besar dan sedang sangat rentan terhadap atherosclerosis (dinding pembuluh darah tertimbun lemak, sehingga penampangnya meyempit). Menurut Oswari (1995), bila yang terserang pembuluh darah otak, maka orang akan menjadi pelupa. Bila serangannya hebat, bisa linglung, bahkan bisa berubah sifat seperti kekanak-kanakan.
Pada kelompok lanjut usia, mengkonsumsi ginkgo dengan dosis 120 mg setiap hari, dapat meningkatkan aliran darah ke otak sampai 70 persen. Namun pada kelompok yang lebih muda (30-50 tahun), konsumsi Ginkgo pada dosis yang sama, hanya meningkatkan aliran darah sampai 20 persen. Pada kelompok yang lebih muda lagi (dibawah 30), dapat diduga, peningkatan aliran darah ke otak sebagai efek mengkonsumsi Ginkgo, akan jauh lebih kecil. Lantas, perlukah kelompok usia muda mengkonsumsi Ginkgo?
Kinerja otak tergantung pada sirkulasi darah, yang antara lain mengangkut nutrisi dan oksigen. Dengan demikian, supaya daya ingat kuat, lancer berpikir, cerdasr atau tida “telat mikir”, peliharalah sirkulasi darah. Kuncinya seimbangkan nutrisi hindari rokok, jauhkan stress, dan teratur berolahraga. Bagaimanapun, kondisi fisik dan mental mempengaruhi kemampuan berpikir. (Atep Afia).
No comments:
Post a Comment