http://akangganteng.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/ - Bawang putih sudah sejak lama dikenal sebagai tanaman obat (fitofarmaka). Nenek moyang bawang putih ialah tumbuhan liar Allium longicuspis, yang sampai saat ini masih terdapat di kawasan Asia Tengah. Di Mesir sudah dikenal sejak 2.500-3.000 tahun sebelum masehi (SM), juga dikenal dalam peradaban bangsa Romawi, Yunani, Cina dan India kuno. Pada jaman Yunani kuno, Hiprocates menganjurkan bawang putih untuk mengobati luka dan bronchitis.
Sebuah pepatah Cina mengatakan, “jika usia seseorang telah mencapai 50 tahun, dan kemudian makan bawang putih selama 50 hari, maka usia orang itu akan bertambah lima puluh tahun lagi”. Sementara mereka yang “fanatik” pada khasiat bawang putih mengatakan, “memakan bawang putih satu siung sehari, membuat penyakit lari”. Penggunaan bawang putih untuk obat makin meluas, bahkan belakangan ini sudah menjadi salah satu bahan baku industri farmasi modern.
Khasiat bawang putih untuk mengatasi berbagai penyakit, tidak terlepas dari komposisi kimianya yang sangat kompleks. Dalam 100 gr bawang putih terkandung 71,0 gr air, 95 kalori, 4,5 gr protein, 0,2 gr lemak, 23,1 gr karbohidrat, 42 mg kalsium, 346 gr kalium, 134 mg fosfor, 1,0 mg besi, 0,22 mg vit B1, dan 15 mg vit C. melalui ekstraksi dan isolasi kimiawi, dpat diketahui beberapa senyawa aktif yang terkandung dalam bawang putih, seperti alliicin (ditemukan oleh Bailey dan Cavallito tahun 1944), alliin (ditemukan oleh Stoll dan Seebeck tahun 1948), ajoene, S-allycystein, dan scordinin.
Bawang putih memiliki aroma yang khas, bagi sebagian orang merupakan bau yang tidak sedap. Aroma tersebut makin menguat setelah siung dipotong atau diiris. Dalam hal ini terjadi perubahan kimia, enzim allinase memecahkan alliin menjadi alliiciin. Menurut Mc Anwyll (2000), senyawa alliciin ternyata mempunyai daya antibiotik yang kuat, namun merupakan senyawa yang labil, dalam satu menit di udara bebas berubah menjadi dially disulfide.
Senyawa alliciin yang berbau khas, ternyata dapat meningkatkan produksi antioksidan tubuh yang ampuh, seperti peroksidase glutation dan katalase. Dalam beberapa percobaan, dua jenis antioksidan tersebut dapat memperpanjang umur binatang percobaan (Khomsan, 2001). Kegunaan antioksidan antara lain memperlambat proses penuaan dini dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kandungan alliicin dalam bawang putih sangat kecil, selain itu rentan terhadap dekomposisi di udara bebas. Namun industri farmasi di Jerman telah berhasil mengisolasi alliicin dan dikemas dalam bentuk tablet. Dalam beberapa formula antioksidan, selain vit C, vit B6, vit E, ascorbyl palmitae, i-cystein hydrochloride, DL methionine, bioflavonoid, panthothenic acid, dan betacarote, ekstrak bawang putih yang mengandung alliciin juga sering disertakan.
Senyawa ajoene merupakan anti kolesterol terkuat yang terkandung dalam bawang putih. Hasil percobaan menunjukkan, konsumsi bawang putih setengak sampai satu siung per hari, selama tiga puluh hari, dapat menekan kolesterol sampai 9 persen.
Sebenarnya dalam kualitas dan kuantitas yang normal, kolesterol merupakan senyawa penting dan berguna bagi tubuh manusia, antara lain dalam pembentukan hormone yang berkaitan dengan fugsi sel dan kerja ginjal, menunjang penyusunan dan pembongkaran karbohidrat, dan sumber vit D.
Namun jika dalam darah jumlahnya berlebih (misalnya orang dengan di atas 40 tahun, kadar kolesterol darah lebih dari 260 mg/deciliter, atau usia 30-39 tahun dengan kadar kolesterol darah lebih dari 240 mg/deciliter), dapat menyebabkan penumpukan kolesterol pada dinding areteri dan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap jantung dan otak. Dengan demikian, orang yang pola malannya cenderung berkolesterol tinggi, disarankan untuk rajin mengkonsumsi bawang putih.
Senyawa S-allyicystein yang terdapat dalam bawang putih, dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti dan industry farmasi di Jepang, dikenal sebagai suplemen bawang putih Kyolic. Produk tersebut telag teruji dalam menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah, dan untuk mencegah penggumpulan darah. Sedangkan menurut peneliti di Darwin Medical Centre, senyawa scordinin berperan dalam memberikan kekuatan dan pertumbuhan tubuh manusia, mekanisme kerjanya serupa dengan peran enzim oksido reduktase dalam memacu perkecambahan benih tanaman.
Khasiat bawang putih lainnya ialah dengan adanya kalium yang dikandungnya (346 mg per 100 gr bahan). Kalium dalam bawang putih dapat membantu sistem tubuh untuk menyingkirkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan fragmen molekuler yang terbentuk karena oksidasi bahan makanan yang berlebihan dalam tubuh. Karena memiliki satu atau beberapa elektron yang tidak mempunyai pasangan, radikal bebas dapat menggaet molekul dinding sel tubuh. Hal inilah yang merangsang terjadinya tumor atau kanker (tumor ganas).
Dengan adanya kalium yang dilepaskan bawang putih dalam tubuh manusia, dengan sendirinya radikal bebas akan lebih senang “merangkul” kalium. Dengan demikian sel tubuh menjadi aman terhadap ancaman tumor atau kanker. Tidak berlebihan jika hasil penelitian di University of Minnesota di St Paul, menyimpulkan bahwa peluang terserang kanker turun sekitar 50 persen pada wanita usia lanjut yang rajin mengkonsumsi bawang putih. Dengan rutin mengkonsumsi bawang putih, risiko kanker lambung, usus besar dan prostat juga berkurang.
Meskipun senyawa yang dikandung bawang putih belum teridentifikasi secara lengkap, namun “daftar” khasiat bawang putih terus bertambah. Pakar-pakar ilmu kesehatan dari Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika Serikat, mengungkapkan berbagai khasiat bawang putih, yaitu sebagai obat batuk, cacingan, tekanan darah tinggi, gatal-gatal, tifus, maag, diabetes, disentri, berbagai infeksi (susu, saluran pernafasan, kulit), dan luka akibat gigitan binatang.
Bahkan dapat digunakan untuk obat awet muda, menghambat penuaan, menguatkan otot-otot badan, dan meningkatkan gairah seksual (Astaga.com, 2000). Sementara hasil penelitian di University of Tokyo menyimpulkan, bahwa ekstrak bawang putih dapat menekan kerusakan neuron pada sel otak, bahkan mampum merangsang percabangan neuron. Penelitian tersebut berusaha mengungkapkan pengaruh bawang putih terhadap daya ingat orang berusia lanjut.
Lantas, bagaimana cara mengkonsumsi bawang putih yang tepat dan berapa dosisnya, supaya khasiatnya bias dirasakan secara efektif. Seorang ahli nutrisi dari Cornell University Medical Centre, Manhattan, Barbara Levine menjelaskan, bahwa bawang putih mentah dapat mengacaukan suasana lambung. Sebaiknya bawang putih terlebih dahulu direbus, digoreng atau dipanggang, karena belerang yang berkhasiat sudah lepas dari ikatan ester dan proteinnya, pada keadaan ini lebih bermanfaat.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ali khomsan, ahli ilmu gizi masyarakat dan sumberdaya keluarga, IPB, yang meyebutkan, bahwa potensi bawang putih sedikit berkurang bila digoreng, tetapi kehilangannya tidak terlalu bermakna. Dengan demikian, pandangan umum yang menyatakan bahwa bawang putih akan kehilangan khasiatnya bila dimasak adalah salah. Dosis konsumsi bawang putih ialah setengah sampai tiga siung per hari. Jika lebih dari itu akan menyebabkan diare, sebab, demam, bahkan pendarahan lambung.
Itulah bawang putih, “obat kuat” yang menyebabkan “penyakit lari”. Namun untuk memperoleh khasiat yang efektif, harus dikonsumsi secara bijak dan wajar. Segala sesuatu kalau dikonsumsi berlebih akan menimbulkan efek samping, bahkan “mengudang penyakit”. (Atep Afia).
No comments:
Post a Comment